Ilmu Yang Benar Adalah Suatu Manfaat Bukan Mudharat
Kesan
daripada seseorang menuntut ilmu sepatut menatijahkan keadaan diri yang
tenang, yakin, berakhlak mulia, dan merendah diri. Jika sebaliknya yang
berlaku, ia adalah petanda keburukan dan sangat menyimpang jauh dari
ganjaran (kelebihan) orang yang diberi hikmah.
“... Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya adalah para ilmuan.” [Faathir: 28]
“...Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat
orang: (1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian
dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung
silaturahim, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut
kedudukannya paling baik (di sisi Allah). (2) Seorang hamba yang Allah
berikan ilmu namun tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia
berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti
apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia dengan niatnya itu, maka pahala
keduanya sama. (3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun tidak
diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur hartanya, tidak bertaqwa
kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung silaturahim dengannya, dan
tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah
yang paling buruk (di sisi Allah). Dan (4) seorang hamba yang tidak
Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya aku
memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si
fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam mendapatkan
dosa.”
Hadits sahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/230-231) dan Al-Tirmidzi (no.2325).
Maka, para penuntut ilmu sepatutnya membetulkan niat agar ia adalah kerana Allah dan tidak mengharapkan selain-Nya. Apabila segalanya itu telah selari dengan jalan syara', ganjaran dan kelebihan ilmu akan menyusul tanpa dipinta-pinta.
No comments:
Post a Comment